Tertinggal di Sejumlah Survei, Isran: Namaku Hilang dari Survei Pun Tak Masalah #rudyseno

Diposting pada

Elektabilitas Rudy-Seno menurut beberapa hasil survei disebut lebih dari 58 persen. Isran Noor tak ambil pusing sementara Rudy Mas’ud menyatakan tetap fokus bekerja.

kaltimkece.id Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kaltim, Isran Noor-Hadi Mulyadi dan Rudy Mas’ud-Seno Aji, akan mulai berkampanye. Sementara itu, dua bulan menjelang pemungutan suara pada 27 November 2024, sejumlah lembaga riset telah mengumumkan hasil survei Pilgub Kaltim 2024 di media massa. Sebagian besar hasil survei menyatakan, elektabilitas Rudy-Seno unggul.

kaltimkece.id merangkum beberapa hasil survei tersebut. Pertama, Indonesia Development Monitoring, menyatakan bahwa 59,1 persen responden memilih Rudy-Seno Aji. Adapun responden yang memilih Isran-Hadi hanya 36,3 persen dengan 4,6 persen tidak menyatakan pilihan. Survei ini berjalan pada 1-10 September 2024 dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Penarikan sampelnya memakai metode multistage random sampling dengan jumlah responden 1.800 warga Kaltim berusia 17 tahun ke atas. Margin of error survei ini 2,31 persen.

Survei berikutnya dari Warna Research Center. Elektabilitas Rudy-Seno menurut hasil survei tersebut sebesar 58,6 persen, Isran-Hadi 33,8 persen. Survei pada 5-15 September 2024 itu secara wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Penarikan sampelnya multistage random sampling dengan 1.400 responden. Margin of error-nya 2,62 persen.

Ada pula survei Citra Nasional Network yang menunjukkan elektabilitas Rudy-Seno menyentuh 59,4 persen. Sementara itu, Isran-Hadi memperoleh 33,2 persen dengan 7,4 persen responden tidak memberikan jawaban. Survei pada 8-20 September 2024 itu menggunakan wawancara langsung. Penarikan sampel multistage random sampling, jumlah responden 1.600 orang, dan margin of error 2,45 persen.

Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium pada 2-12 September 2024 juga mempublikasikan hasil survei mereka. Riset ini disebut khusus meneliti tren pemilih di kalangan gen Z dan millenial. Sebanyak 1.500 responden terdiri dari 600 gen Z dan 600 millenial yang diwawancarai. Penarikan sampel memakai metode cluster sampling melalui wawancara tatap muka dan pengisian kuesioner.

Hasilnya, 60,4 persen gen Z serta 62,7 persen milenial memilih Rudy-Seno. Hanya 30,1 persen gen Z dan 29,6 persen milineial yang memilih Isran-Hadi. Gen Z dan milinial, sebagai informasi, merupakan mayoritas pemilih di Pilkada Kaltim. Persentase dari dua generasi itu mencapai 61 persen dari total pemilih.

Dikonfirmasi mengenai hasil sejumlah survei di atas, Isran Noor mengaku tak ambil pusing. Ia menilai, hasil pemilihan di tempat pemungutan suara pada 27 November 2024 yang akan menentukan.

“Jangankan turun, namaku hilang di survei-survei tersebut juga enggak masalah,” kata Isran ketika ditemui kaltimkece.id di Posko Isran-Hadi Centre, Jalan Arief Rahman Hakim.

Sementara itu, dalam pertemuan dengan media di kantor DPD Golkar Kaltim, Rudy Mas’ud turut merespons. Ia mengakui bahwa wilayah Kaltim cukup luas dengan penduduk yang tersebar di 10 kabupaten dan kota. Namun demikian, ia yakin sampel yang diambil lembaga-lembaga survei tersebut menggambarkan hasil keseluruhan.

“Lembaga survei itu, ‘kan ada ilmunya. (Memang) bisa lebih bisa kurang. Tapi kami berfokus kerja dan kerja karena kerja keras tidak akan mengkhianati hasil,” tegasnya.

Rudy Mas'ud dan Seno Aji ketika berbicara di kantor DPD Golkar Kaltim. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Rudy Mas’ud dan Seno Aji ketika berbicara di kantor DPD Golkar Kaltim. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Pengamat komunikasi dari Universitas Mulawarman, Nurliah, menilai bahwa pemilih harus jeli melihat hasil survei. Terutama, survei-survei yang tidak memperlihatkan persentase pemilih yang belum menentukan pilihan atau swing voters.

“Mayoritas pemilih itu justru saya nilai merupakan swing voters yang belum menentukan pilihan,” ucapnya, Senin 23 September 2024.

Pengampu mata kuliah Komunikasi Politik dan Opini Publik tersebut berujar, survei yang mengunggulkan pasangan calon tertentu bisa jadi bertujuan memengaruhi pilihan swing voters. Dalam ilmu komunikasi, hal ini dikenal sebagai teori bandwagon effect.

“Penelitian mengenai bandwagon effect dalam politik sudah dilakukan sejak lama bahkan sejak abad ke-19,” sebutnya. Ia pun menganjurkan kepada pemilih agar memilih berdasarkan kinerja dan rekam jejak pasangan calon. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *